twitter
    Find out what I'm doing, Follow Me :)

Rabu, 04 Januari 2012

"KRATON BOKO" KEMEGAHAN DIATAS BUKIT

Gambaran Umum Keraton Ratu Boko
Obyek wisata Keraton Ratu Boko terletak ± 2 km arah selatan Candi Prambanan, ± 18 km arah timur kota Yogyakarta, ± 50 km dari arah barat Kota Solo, terletak di atas bukit yang merupakan kelanjutan pegunungan seribu seluas ± 250.000 m² dengan ketinggian ± 195.97 m dan akses ke lokasi tempat wisata ini terbilang sangatlah mudah.
     Bangunan utama Situs Ratu Boko adalah peninggalan purbakala yang ditemukan kali pertama oleh arkeolog Belanda, HJ De Graaf pada abad ke-17. Wujudnya berupa bangunan seperti gapura utama, candi, kolam, gua, pagar, alun-alun, candi pembakaran, serta paseban. Petilasan bangunan pendopo, balai-balai, tiga candi kecil, kolam, dan keputren terdapat di sebelah tenggara. Sedangkan gua Wadon, gua Lanang, kolam dan arca Budha berada di sebelah timur. Kurang lebih seabad setelah penemuan oleh HJ De Graaf, pada tahun 1790 Van Boeckholtz menemukan reruntuhan kepurbakalaan di atas bukit Situs Ratu Boko tersebut. Penemuan itu langsung dipublikasikan. Rupanya, itu menarik minat ilmuwan Makenzic, Junghun, dan Brumun. Tahun 1814 mereka mengadakan kunjungan dan pencatatan. Seratus tahun kemudian, FDK Bosch mengadakan penelitian, dan melaporkan hasil penelitiannya yang diberi judul Keraton van Ratoe Boko, maka sejak saat itu kepurbakalaan  yang ada di bukit Ratu Boko dikenal dengan nama Keraton Ratu Boko. Nama Keraton Ratu Boko berasal dari Keraton dan Boko. Keraton berasal dari kata Ka-da-tu-an yang artinya istana atau tempat tinggal ratu atau berarti juga raja, sedangkan Boko berarti bangau (burung). Pengertian ini kemudian menimbulkan pertanyaan. Siapa yang disebut raja bangau itu, apakah nama seorang penguasa atau nama burung bangau sungguhan yang sering hinggap di kawasan perbukitan Ratu Boko, seperti diketahui bahwa pada bagian utara, barat, dan selatan dari perbukitan Ratu Boko merupakan tanah ngarai yang amat luas dan subur untuk daerah pertanian sedangkan di bukit Ratu Boko sendiri terdapat kolam-kolam sebagai tandon air dari yang berukuran besar sampai kecil.
Dari Situs itu sendiri ditemukan bukti tertua yang berangka tahun 792 Masehi berupa Prasasti Abhayagiriwihara. Prasasti itu menyebutkan seorang tokoh bernama Tejahpurnpane Panamkorono. Diperkirakan, dia adalah Rakai Panangkaran yang disebut-sebut dalam Prasasti Kalasan tahun 779 Masehi, Prasati Mantyasih 907 Masehi, dan Prasasti Wanua Tengah III tahun 908 Masehi. Rakai Panangkaran lah yang membangun candi Borobudur, Candi Sewu, dan Candi Kalasan. Meski demikian Situs Ratu Boko masih diselimuti misteri. Belum diketahui kapan dibangun, oleh siapa, untuk apa, dan sebagainya. Orang hanya memperkirakan itu sebuah bangunan keraton. Menurut Prof. Buchari, seorang ahli sejarah, bangunan Keraton Boko merupakan benteng pertahanan Balaputradewa atau Rakai Kayuwangi, putera bungsu Rakai Pikatan. Konon Rakai Kayuwangi diserang oleh Rakai Walaing Puhuyaboni, cicit laki-laki Sanjaya yang merasa lebih berhak atas tahta daripada Rakai Pikatan, karena Rakai Pikatan hanyalah suami dari Pramodharwani, puteri mahkota Samarottungga yang beragama Budha. Dalam pertempuran tersebut Rakai Walaing berhasil dipukul mundur dan terpaksa mengungsi di atas perbukitan Ratu Boko dan membuat benteng pertahanan di sana. Namun pada akhirnya Keraton Boko dapat digempur dan diduduki Rakai Kayuwangi yang secara sengaja merusak prasasti yang memuat silsilah Rakai Walaing, dengan menghilangkan bagian yang memuat nama-nama ayah, kakek dan buyut Rakai Walaing.
Kompleks bangunan di Bukit Boko disebut sebagai keraton. Hal tersebut disinggung dalam prasasti dan juga karena mirip dengan gambaran sebuah keraton. Kitab kesusasteraan Bharatayudah, Kresnayana, Gatotkacasraya, dan Bhomakawya, menyebutkan bahwa keraton merupakan kompleks bangunan yang dikelilingi pagar gapura, di dalamnya terdapat kolam dan sejumlah bangunan lain seperti bangunan pemujaan dan di luar keraton terdapat alun-alun. Dengan demikian kompleks bangunan ini diduga memang merupakan kompleks istana atau keraton. 
Pemugaran Situs Ratu Boko dimulai sejak zaman penjajahan Belanda tahun 1938. Usaha itu kemudian dilanjutkan pemerintah Indonesia sejak tahun 1952 hingga sekarang, terlihat dari adanya pekerja yang ada di sekitar keraton.


Teori yang digunakan untuk mengkaji aspek sosiologi pariwisata
Banyak teori-teori sosiologi yang berguna untuk mengkaji berbagai aspek sosiologi pariwisata dan teori yang tepat digunakan untuk mengkaji obyek wisata Keraton Ratu Boko ialah:
1.      Teori Inreaksioisme Simbolik
            (George Herbert Mead, W. Thomas, dan Charles Cooly)
Perspektif ini lebih mementingkan hal dengan skala kecil yaitu bagaimana kelompok membentuk persepsi dari aksi dan makna dalam masyarakat. Pendekatan ini memfokuskan perhatian pada analisis aksi, interaksi, dan interdependensi. Konsentrasinya adalah pada proses (aksi, perilaku) manusia dalam masyarakat, sehingga individu menjadi sosok perhatian.
Teori ini menekankan pada mekanisme bagaimana aturan dan identitas dibangun melalui interaksi sosial, denggan penekanan pada pentingnya respon orang lain terhadap perilaku seseorang. Adanya interaksi pastinya ada kontak dan komunikasi. Asumsi dasar pendekatan ini adalah bahwa manusia mampu berfikir secara kompleks dan berbuat sesuai dengan kemampuannya dalam memanfaatklan dan menginterpretasi simbol. Manusia senantiasa memaknai segala situasi sosial. Individu dan masyarakat adalah mutually-interdependent, artinya individu secara aktif berpartisipasi membentuk masyarakat dan masyarakat mempengaruhi perilaku individu.
Keraton boko merupakan obyek wisata yang masih dalam tahap pemugaran dan promosi. Dalam hal ini promosi yang dilakukan merupakan aksi untuk membentuk persepsi dari masyarakat sebagai proses pembentukan interaksi (mendapatkan respon dari masyarakat agar mengunjungi objek wisata keraton boko).  Pada obyek wisata keraton ratu boko ini, juga terdapat relief berupa simbol dan lambang- lambang pada bangunan yang mana memiliki makna dan arti dari setiap simbol atau lambang tersebut. Di keraton ini terdapat tulisan “ NAGARI” yang dapat memberi kesan bahwa raja dan orang yang membuat keraton tersebut beragama budha. Di obyek wisata ini juga terdapat seorang pemandu yang akan menjelaskan makna atau sejarah dari setiap likuk bangunan keraton boko. Sebuah cerita, makna, dan sejarah dapat tercermin dalam wujud bentuk- bentuk bangunan yang dapat ditemui di keraton boko ini.

Obyek Wisata Keraton Ratu Boko
Secara umum obyek wisata Keraton Ratu Boko pantas dijadikan Daerah Tujuan Wisata ( DTW ), karena telah memenuhi beberapa syarat-syarat diantaranya:
1.      Keadaan Geografisnya: Keraton Ratu Boko menawarkan fenomena alam yang menarik khususnya pada sore hari, karena pengunjung dapat menikmati suasana senja dimana matahari mulai terbenam dari atas bukit.
2.      Aksesnya mudah: Jalan menuju Keraton Ratu Boko aksesnya mudah dimana tempatnya strategis dan tidak jauh dari obyek wisata Candi Prambanan.
3.      Masyarakatnya ramah dan baik: Masyarakat di sekitar obyek wisata ini terbilang ramah, terlihat dari senyum mereka pada setiap pengunjung. Selain itu juga perlakuan mereka ketika melayani pembeli.
4.      Lingkungan: Kebersihan di kompleks Keraton Ratu Boko cukup baik, namun ada bagian yang kurang terawat dan cenderung di di biarkan tanpa adanya perbaikan. Namun secara keseluruhan, fasilitas yang ada di sana itu baik.
5.      Keamanan: Di obyek wisata ini, sistem keamanannya baik karena banyak satpam atau petugas keamanan yang bertugas disana.
6.      Fasilitas: Sudah dijelaskan bahwa fasilitas disana cukup lengkap dan menarik bagi pengunjung.
Kompleks Ratu Boko memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri yang pantas dijadikan obyek wisata dimana lokasinya berada di dataran tinggi, sehingga dapat melihat pemandangan yang sanagt memukau dari atas bukit tersebut. Di arah utara terdapat Candi Prambanan dan Candi Kalasan dengan latar belakang pemandangan Gunung Merapi dengan suasana pedesaan dengan sawah menghijau di sekelilingnya. Selain itu, di arah selatan, bila cuaca cerah di kejauhan samar-samar dapat terlihat Pantai Selatan. Keraton Ratu Boko memiliki karakteristik dan keunikan tersendiri dibanding peninggalan sejarah lainnya yang ada di Yogya dan Jawa Tengah. Jika bangunan lain umumnya berupa candi atau kuil, keraton ini digunakan sebagai tempat tinggal. Hal itu terlihat dari adanya sisa bangunan di kompleks ini berupa tiang-tiang pemancang meski kini hanya tinggal batur-batur dari batu andesit, hal ini mengindikasikan bahwa dahulu terdapat bangunan yang berdiri di atasnya dan terbuat dari bahan kayu. Selain itu terdapat pula tanah ngarai yang luas dan subur di sebelah selatan untuk daerah pertanian dan di Bukit Boko terdapat kolam-kolam sebagai tandon penampung air yang berukuran kecil hingga besar.
Tata ruang kompleks Keraton Ratu Boko relatif masih lengkap. Istana ini terbagi menjadi empat, yaitu tengah, barat, tenggara, dan timur.
  • Bagian tengah terdiri dari bangunan gapura utama, lapangan, Candi Pembakaran, kolam, batu berumpak, dan Paseban.
  • Bagian tenggara meliputi struktur lantai, gapura, batur pendopo, batur pringgitan, miniatur 3 candi, tembok keliling kompleks Keputren, dua kompleks kolam, dan reruntuhan stupa. Kedua kompleks kolam dibatasi pagar dan memiliki gapura sebagai jalan masuk. Di dasar kolam, dipahatkan lingga yoni, langsung pada batuan induk.
  • Bagian timur terdapat kompleks bangunan meliputi satu buah kolam dan dua buah gua yang disebut Gua Lanang dan Gua Wadon, Stupa Budha. Sedangkan,
  • Bagian barat hanya terdiri atas perbukitan. 
Dari pintu gerbang istana menuju ke bagian tengah Bagian depan, yaitu bagian utama, terdapat dua buah gapura tinggi, gapura yang terdiri dari dua lapis. Gapura pertama memiliki 3 pintu sementara gapura kedua memiliki 5 pintu. Pada gapura pertama terdapat tulisan Panabwara. Kata itu, berdasarkan prasasti Wanua Tengah III, dituliskan oleh Rakai Panabwara (keturunan Rakai Panangkaran) yang mengambil alih istana. Tujuan penulisan namanya adalah untuk melegitimasi kekuasaan, memberi kekuatan agar lebih agung dan memberi tanda bahwa bangunan itu adalah bangunan utama. Setelah melewati gapura utama ini, terdapat hamparan rumput luas, yaitu alun-alun. Sekitar 45 meter dari gapura kedua, sisi kiri alun-alun terdapat bangungan candi yang berbahan dasar batu putih sehingga disebut Candi Batu Putih. Tak jauh dari situ, akan ditemukan pula Candi Pembakaran. Candi itu berbentuk bujur sangkar (26 meter x 26 meter) dan memiliki 2 teras. Sesuai namanya candi ini digunakan untuk upacara pembakaran jenasah. Selain kedua candi itu, sebuah batu berumpak dan kolam akan ditemui kemudian bila anda berjalan kurang lebih 10 meter dari Candi Pembakaran. 
Arah tenggara dari Candi Pembakaran terdapat sumur misteri. Konon, sumur tersebut bernama Amerta Mantana yang berarti air suci yang diberikan mantra. Airnya hingga kini masih sering dipakai. Masyarakat setempat mengatakan, air sumur itu dapat membawa keberuntungan. Umat Hindu menggunakannya untuk Upacara Tawur agung sehari sebelum Nyepi. Penggunaan air dalam upacara diyakini dapat mendukung tujuannya, yaitu untuk memurnikan diri kembali serta mengembalikan bumi dan isinya pada kondisi harmoni awal. Sehari sebelum Nyepi proses upacara ini dilaksanakan dari Candi Prambanan. 
Ke arah Barat, menyusuri Desa Dawung di lereng bukit, terdapat bekas kompleks keraton yaitu Paseban dan Batur Pendopo. Halaman paling depan terletak di sebelah barat, terdiri atas tiga teras. Masing-masing teras dipisahkan oleh pagar batu andesit setinggi 3,50 meter, dan tebing teras diperkuat dengan susunan batu andesit. Batas halaman sebelah selatan juga berupa pagar dari batu andesit, namun batas utara merupakan dinding bukit yang dipahat langsung.
Ke bagian timur istana, terdapat dua buah gua, kolam besar berukuran 20 meter x 50 meter dan stupa Budha yang terlihat tenang. Dua buah gua itu terbentuk dari batuan sedimen yang disebut Breksi Pumis. Gua yang berada lebih atas dinamakan Gua Lanang sedangkan yang berada di bawah disebut Gua Wadon. Persis di muka Gua Lanang terdapat sebuah kolam dan tiga stupa. Berdasarkan sebuah penelitian, diketahui bahwa stupa itu merupakan Aksobya, salah satu Pantheon Budha. 
Hal lain yang menarik di Keraton Ratu Boko dan pantas dijadikan obyek wiasata ialah selain peninggalan Budha juga ditemukan benda-benda arkeologis peninggalan Hindu seperti lingga, yoni, arca durga, dan ganesha. Meski didirikan oleh seorang Budha, Keraton Ratu Boko merupakan sebuah situs kombinasi antara Budha dan Hindu, ini dapat dilihat dari bentuk-bentuk yang biasanya terdapat pada candi Budha, selain itu terdapat pula tiga candi kecil sebagai elemen dari agama Hindu, dengan adanya Lingga dan Yoni, patung Dewi Durga, dan Ganesha, serta lempengan emas yang bertuliskan “Om Rudra ya namah swaha” sebagai bentuk pemujaan terhadap Dewa Rudra yang merupakan nama lain Dewa Siwa. Adanya unsur-unsur Hindu itu membuktikan adanya toleransi umat beragama yang tercermin dalam karya arsitektural. Pada masa itu Rakai Panangkaran yang merupakan pengikut Budha hidup berdampingan dengan para pengikut Hindu.

·         Fasilitas yang di tawarkan oleh pengelola Keraton Ratu Boko
1.      Plaza Andrawina
Plaza Andrawina taman wisata Ratu Boko dilengkapi panggung terbuka/ open stage terletak di lereng bukit seluas ± 500 m². Dari sini tercipta nuansa alami dengan panorama alam nan indah dan mempesona serta dapat melihat keelokan Candi Prambanan dan Candi Sewu dilatar belakangi Gunung Merapi yang selalu mengepulkan asapnya, kendahan, dan keramaian kota Prambanan yang dibelah sungai Opak.
Fasilitas ini ada untuk kegiatan seperti gathering, ulang tahun, pesta pernikahan, malam keakraban, temu relasi, dan lain sebagainya. Kapasitas Plaza Andrawina ± 500 peserta.
2.      Boko Culture and Adventure ( petualangan budaya )
Suatu perjalanan penuh tantangan di dataran tinggi yang memiliki formasi tanah misterius, hitam legam dengan penuh guratan alam yang bernuansa teka-teki sehingga sangat tepat bagi yang gemar tantangan dengan menyaksikan suatu fenomena alam yang luar biasa. Untuk itu tersedia paket-paket pilihan antara lain:
a.       Boko Camping
Lokasi bumi perkemahan yang bertrap/terasering dengan kapling-kapling dari conblok untuk tenda, lapangan upacara, toilet putra-putri, listrik, air, musholla, pendopo, serta fasilitas lain seperti tenda camping, keamanan intern, maupun asuransi. Exclusive dengan kapasitas camping ± 600 peserta.
b.      Boko Trekking
Dimulai pada pukul 03.00 WIB dini hari dengan fasilitas peralatan tongkat, lampu senter, pemandu, serta disediakan air mineral, snack, sarapan pagi dan souvenir yang berakhir pukul 09.00 WIB. Di sini pengunjung akan bisa menyaksikan pemandangan yang luar biasa indahnya ibarat pertunjukan kreasi alam yang fenomenal. Dari kegelapan yang hening, penuh misteri akan tampak dengan nyata garis-garis lamgit di ufuk timur bagaikan lidah api raksasa yang membelah kegelapan dengan sinar bertaburan kilauan warna-warni berkejaran menerpa persawahan bagai permadani sutera yang dikenal dengan out standing views of silk sunrise.
c.       Boko Minat Khusus Archeologi
Disini, pengelola menawarkan suatu kegiatan yang mengandung unsur edukasi tentang Archeologi yaitu Eskavasi (penggalian), Restorasi (perbaikan), dan Konservasi (perawatan) sehingga sangat cocok untuk para siswa untuk menambah pengetahuan mereka akan Archeologi.
Dampak Sosial Budaya dengan adanya Obyek Wisata Keraton Ratu Boko
Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan  masyarakat, sehingga  membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat. Bahkan pariwisata dikatakan mempunyai energi dobrak yang luar biasa, yang mampu membuat masyarakat setempat mengalami metamorfose dalam berbagai aspeknya.
1.         Dampak Sosial Ekonomi
Dampak pariwisata ( Keraton Ratu Boko ) terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal antara lain ialah sebagai berikut:
a.       Meningkatkan APBD atau pendapatan daerah
Dengan berdirinya sebuah obyek wisata akan membantu pemasukan bagi daerah, yaitu berupa pajak yang masuk ke kas pemerintah daerah.
b.      Meningkatkan devisa negara
Dengan adanya obyek wisata yang menarik dan unik dengan memadukan unsur sejarah, estetis panorama dan budaya lokal seperti keraton boko ini, pastilah sangat menyita perhatian masyarakat, yaitu tidak hanya turis lokal namun juga turis mancanegara yang akhirnya mendatangkan keuntungan  bagi negara yaitu berupa pemasukan devisa.
c.       Membuka kesempatan atau lapangan kerja dan peluang usaha
Dengan adanya obyek wisata ini, masyarakat sekitarnya mendapatkan mata pencaharian baru, baik itu sebagai penjual minuman, makanan ringan, penjual tiket, satpam dan lain sebagainya.
d.      Menambah pendapatan masyarakat
Ketika masyarakat mendapatkan pekerjaan maka merekapun tidak akan menganggur dan secara otomatis pendapatan mereka bertambah serta taraf hidup masyarakat juga mengalami peningkatan.
Di samping berbagai dampak yang dinilai positif, adanya obyek wisata juga berdampak negatif dimana tidak diharapkan oleh masyarakat seperti semakin memburuknya kesenjangan pendapatan antar kelompok masyarakat, memburuknya ketimpangan antardaerah, hilangnya kontrol masyarakat lokal terhadap sumber daya ekonomi.
2.        Dampak Sosial Budaya
Menurut Sharpley ( 1994 ) pariwisata merangsang munculnya komunikasi yang lebih intensif di dalam masyarakat lokal. Pariwisata juga menyebabkan terjadinya perpindahan penduduk, karena peluang kerja merangsan gkaum muda untuk pindah ke lokasi dimana pariwisata berkembang.
Dengan adanya obyek wisata yang mengangkat unsur budaya sebagai unsur penarik minat wisatawan akan membuat budaya- budaya lokal terpelihara karena terdapat pihak- pihak yang melindungi sehingga budaya lokal akan tetap lestari dan tidak punah. Dengan adanya obyek wisata ratu boko ini juga sebagai media pendidikan bagi para generasi muda akan kekayaan budaya yang ada di negeri ini, sehingga mereka merasa memiliki dan akan ikut berpartisipasi dalam melestarikan budaya yang ada di negeri ini.

2 komentar:

  1. promosi ratu boko harusnya lebih ditingkatkan..

    BalasHapus
  2. iyya promo uwda dilakukan.. sekarang wisatawan yang di prambanan ditawari satu paket mengunjungi boko.

    BalasHapus