Siapa yang tak kenal dengan Shinee, Superjunior?? Tentu saja para remaja di Indonesia mengetahui nama-nama tersebut. Itulah contoh-contoh boy band korea yang sedang naik daun dan menyebarkan virus K-Pop. Dengan adanya boyband yang tampil dengan wajah dan gaya yang khas korea membuat para remaja terhipnotis dan terjangkit virus korea.
Tidak hanya dengan boy band korea yang mereka
suka, namun drama, lagu, film, video game pun banyak yang digandrungi para
remaja. Para remaja yang telah terinfeksi virus K-pop biasanya ada
gejala-gejala yang terjadi. Menurut Mediasi ( Media Informasi dan Aspirasi
Mahasiswa Pendidikan Sosiologi), edisi oktober 2011, ada beberapa gejala yang
terjadi bila seseorang terkena virus K-Pop, yaitu:
Ø Senang
teriak-teriak sendiri saat melihat foto terbaru artis K-pop kesukaannya.
Ø Tangan
dan kaki otomatis bergoyang ketika mendengar lagu K-pop
Ø Menjadikan
lagu favorit K-Pop sebagai ringtone/nada sambung pribadi
Ø Tahu
ungkapan-ungkapan dalam bahasa korea
Ø Mengoleksi
segala yang berhubungan dengan korea
Ø Suka
mendengar lagu-lagu K-pop sebelum tidur
Gejala-gejala yang ada
pun memang sudah terbukti dengan jelas, karena setelah saya mengamati
teman-teman yang sudah tergila-gila dengan korea. Gejala-gejala itu pun sangat tampak pada diri mereka. Fenomena
K-pop yang ada di Indonesia ini hukumnya sah-sah saja, namun para penggila
k-pop harus mampu memilah mana yang baik dan mana yang buruk, karena tentu saja
budaya antara korea dan Indonesia sangat berbeda. Bila seseorang suka dengan
artis biasanya mereka ingin selalu mengikuti atau memakai apapun yang dipakai
idola mereka. Seseorang yang selalu meniru artis idolanya disebut dengan
imitasi. Imitasi merupakan suatu tindakan seseorang untuk meniru segala sesuatu
yang ada pada orang lain. Misalnya seseorang meniru pakaian-pakaian, meniru
model rambut. Menurut Soerjono Sukanto ( 2009: 57) bahwa salah satu segi
positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi
kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku, namun imitasi juga mengakibatkan
terjadinya hal negative dimana misalnya saja yang ditiru adalah
tindakan-tindakan menyimpang. Sampai kapan budaya K-Pop bertahan di
Indonesia??? kita lihat saja sampai kapan geberasi muda terjangkit virus k-pop.
Soerjono Soekanto.
2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Mediasi Edisi Oktober
2011.
entah kenapa remaja sekarang sangat mudah menyerap budaya dari luar tapi sulit sekali untuk melestarikan budayanya sendiri
BalasHapusiyya... teman-teman kita juga banyak yang suka korea.. tapi kalo cuma suka sii tak apa.
BalasHapus