twitter
    Find out what I'm doing, Follow Me :)

Jumat, 06 Januari 2012

BENCANA DAN MISTIS

Indonesia merupakan Negara yang sudah tidak asing lagi dengan bencana alam. Mengapa dikatakan tidak asing? Karena di Indonesia sering serjadi bencana alam, mulai dari gempa bumi, tanah longsor, banjir, angin, gunung meletus dan lain sebagainya.  Negara  Indonesia berada di gugusan cincin api yang menjadikannya rentan dengan bencana alam.
Dengan banyaknya bencana alam yang terjadi di Indonesia ini, banyak sekali respons dari masyarakat yang mencoba menanggapi adanya bencana itu. Dimulai dari para akademisi yang melihat dari sudut pandang ilmiah dengan bekal ilmu pengetahuan yang ia peroeh. Ia beranggapan bahwa gejala alam dapat di prediksi dengan menggunakan penelitian secara ilmiah. Dan adapula para normal/ tokoh agama yang mencoba melihatnya dari sudut pandang mistis dan religis yang kadang bisa dikatakan tidak masuk akal bagi orang yang tidak percaya dengan hal-hal seperti itu.
Adanya awan yang membentuk kepala petruk atau masyarakat sering menyebutnya mbah petruk merupakan contoh kepercayaan masyarakat yang menghubungkan bencana alam dengan hal-hal yang mistis. Menurut masyarakat yang mempercayai mistis, ketika muncul awan “mbah petruk” maka mereka percaya bahwa aka nada bencana yang datang dari gunung merapi dengan dahsyat. Ada pemikiran bahwa merapi akan mengamuk dan menghancurkan seluruh isi Yogyakarta. Masyarakatpun sering pula menyangkutpautkan penyebab mengamuknya penunggu gunung merapi karena pihak keraton sudah tidak seperti dulu, dimana ritual-ritual dan pemberian sesajen-sesajen sudah tidak dilakukan.
Selain pada gunung merapi, pemikiran mengenai mistis dalam bencanaa juga terlihat setelah terjadinya bencana alam gempa bumi di Yogyakarta tanggal 26 Mei 2006, Tsunami Aceh 26 Desember 2004, gempa Tasikmalaya tanggal 26 Juni 2010, Tsunami Mentawai yang terjadi pada tanggal 26 Oktober 2010 yang bersamaan dengan tsunami Mentawai adalah meletusnya gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober 2010.
Menurut Comte, sekarang ini kita berada pada tahap positivis, Comte mengemukakan ada tahap perkembangan intelektual. Tahap tersebut adalah:
  1. Tahap teologis atau fiktif
Tahap teologis yaitu suatu tahap dimana manusia menafsirkan gejala-gejala disekelilingnya secara teologis, yaitu dengan kekuatan-kekuatan yang dikendalikan roh dewa-dewa atau Tuhan Yang Maha Kuasa. Penafsiran ini penting bagi manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang memusuhinya dan untuk melindungi dirinya dari faktor  faktor yang tidak terduga timbulnya. Manusia percaya bahwa dibelakang gejala-gejala alam terdapat kuasa-kuasa adikodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala tersebut.
  1. Tahap Metafisik
Pada tahap ini manusia menganggap bahwa didalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan. Pada tahap ini manusia masih terikat oleh cita-cita tanpa verifikasi karena adanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada usaha untuk menemukan hukum-hukum alam yang seragam. Tahap ini bisa juga disebut sebagai tahap transisi dari pemikiran Comte. Tahapan ini sebenarnya hanya merupakan varian dari cara berpikir teologis, karena di dalam tahap ini dewa-dewa hanya diganti dengan kekuatan-kekuatan abstrak, dengan pengertian atau dengan benda-benda lahiriah, yang kemudian dipersatukan dalam sesuatu yang bersifat umum, yang disebut dengan alam. Terjemahan metafisis dari monoteisme itu misalnya terdapat dalam pendapat bahwa semua kekuatan kosmis dapat disimpulkan dalam konsep “alam”, sebagai asal mula semua gejala.
  1. Tahap positif
Tahap ini ditandai oleh kepercayaan akan data empiris sebagai sumber pengetahuan terakhir. Tetapi pengetahuan selalu sementara sifatnya (tidak mutlak), semangat positivisme memperlihatkan suatu keterbukaan terus-menerus terhadap data baru atas dasar mana pengetahuan dapat ditinjau kembali dan diperluas. Akal budi sangatlah penting, seperti dalam periode metafisik, tetapi harus dipimpin oleh data empiris.
Comte mengakui bahwa perubahan dari satu tahap ke tahap yang berikutnya tidak pernah terjadi secara tiba-tiba, sehingga memperlihatkan suatu garis pemisah yang jelas dengan yang sebelumnya, serta memperlihatkan suatu awal tahap yang baru.
Meskipun sekarang ini kita telah berada pada tahap positivis, namun masyarakat Indonesia tidak terlepas dari hal-hal yang bersifat supranatural. Masyarakat tidak terlepas dari hal-hal supranatural karena sejak masih kecil pun kita sudah diceritakan oleh orang-orang yang lebih tua disekitar kita mengenai hal-hal yang tidak masuk akal.
Untuk menyikapi hal tersebut, sebagai orang yang sudah mengenal pengetahuan maka kita harus bijaksana dalam menanggapi berbagai berita yang ada. Semua kejadian-kejadian khususnya bencana alam pasti bisa diteliti menggunakan metode-metode yang ada.

REFF:
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2008. Teori Sosiologi: Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Bantul: Kreasi Wacana
Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

3 komentar:

  1. miris y, harusnya kita ingat pada yang di Atas

    BalasHapus
  2. itulah dinamika evolusi pola berfikir manusia. Seperti yang dikatakan oleh Comte, ketimpangan akan terus terjadi selama suatu tahap masih "nemplok" di tahap selanjutnya. Kita menginjak masa positivis, badan meteorologi, morfologi dll mengkaji fenomena bencana secara ilmiah, mereka membuktikannya dan masyarakat percaya. Namun masih saja ada yang membumbui dengan kisah-kisah kepercayaan. [kata mbakku, Jawa tanpa Mistis itu nggak afdol] :D
    sekedar joke saja teman! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya benar banget.. semua yang terjadi pasti dihubungkan dengan mistis, apalagi orang jawa khususnya lagi masy jogja.haha

      Hapus