Teori Bunuh Diri (Suicide)
Durkheim memilih studi bunuh diri karena persoalan ini relative merupakan fenomena konkrit dan spesifik, di mana tersedia data yang bagus cara komparatif. Akan tetapi, alasan utama Durkheim untuk melakukan studi bunuh diri ini adalah untuk menunjukkan kekuatan disiplin Sosiologi. Dia melakukan penelitian tentang angka bunuh diri di beberapa negara di Eropa. Secara statistik hasil dari data-data yang dikumpulkannya menunjukkan kesimpulan bahwa gejala-gejala psikologis sebenarnya tidak berpengaruh terhadap kecenderungan untuk melakukan bunuh diri. Menurut Durkheim peristiwa-peristiwa bunuh diri sebenarnya merupakan kenyataan-kenyataan sosial tersendiri yang karena itu dapat dijadikan sarana penelitian dengan menghubungkannya terhadap sturktur sosial dan derajat integrasi sosial dari suatu kehidupan masyarakat.
Durkheim memilih studi bunuh diri karena persoalan ini relative merupakan fenomena konkrit dan spesifik, di mana tersedia data yang bagus cara komparatif. Akan tetapi, alasan utama Durkheim untuk melakukan studi bunuh diri ini adalah untuk menunjukkan kekuatan disiplin Sosiologi. Dia melakukan penelitian tentang angka bunuh diri di beberapa negara di Eropa. Secara statistik hasil dari data-data yang dikumpulkannya menunjukkan kesimpulan bahwa gejala-gejala psikologis sebenarnya tidak berpengaruh terhadap kecenderungan untuk melakukan bunuh diri. Menurut Durkheim peristiwa-peristiwa bunuh diri sebenarnya merupakan kenyataan-kenyataan sosial tersendiri yang karena itu dapat dijadikan sarana penelitian dengan menghubungkannya terhadap sturktur sosial dan derajat integrasi sosial dari suatu kehidupan masyarakat.
Durkheim
membagi tipe bunuh diri ke dalam 4 macam:
1)
Bunuh Diri Egoistis
Tingginya angka bunuh diri egoistis dapat
ditemukan dalam masyarakat atau kelompok di mana individu tidak berinteraksi
dengan baik dalam unit sosial yang luas. Lemahnya integrasi ini melahirkan perasaan bahwa individu bukan
bagian dari masyarakat, dan masyarakat bukan pula bagian dari individu.
Lemahnya integrasi sosial melahirkan arus sosial yang khas, dan arus tersebut
melahirkan perbedaan angka bunuh diri. Misalnya pada masyarakat yang
disintegrasi akan melahirkan arus depresi dan kekecewaan. Kekecewaan yang
melahirkan situasi politik didominasi oleh perasaan kesia-siaan, moralitas
dilihat sebagai pilihan individu, dan pandangan hidup masyarakat luas menekan
ketidakbermaknaan hidup, begitu sebaliknya.
Durkheim menyatakan bahwa ada faktor
paksaan sosial dalam diri individu untuk melakukan bunuh diri, di mana individu
menganggap bunuh diri adalah jalan lepas dari paksaan sosial.
2)
Bunuh Diri Altruistis
Apabila bunuh diri egoistis disebabkan
oleh relasi negatif dengan masyarakat atau kelompok, bunuh diri altruistis
adalah kebalikannya. Kini yang bersangkutan sedemikian menyatukan diri dengan
nilai-nilai grupnya dan sedemikian berintregasi, hingga diluar itu ia tidak
mempunyai identitas. Pengintegrasian yang menyangkut seluruh hidup seseorang,
memandang hidup diluar grup atau dalam pertentangan dengan grupnya sebagai
tidak berharga. Kalau seorang anggota yang berintregrasi kuat dengan grupnya
mengalami suatu hal yang membuat hidupnya dengan hormat tidak mungkin lagi
didalam group, ia akan lebih cenderung untuk mengakhirinya.
3)
Bunuh Diri Anomic
Anomi ( kekaburan norma, tanpa norma)
adalah keadaan moral, dimana orang yang bersangkutan kehilangan cita-cita,
tujuan, dan norma dalam hidupnya. Nilai-nilai yang semula memberi motivasi dan
arah kepada perilakunya, tidak berpengaruh lagi. Bunuh diri ini terjadi ketika
kekuatan regulasi masyarakat terganggu. Gangguan tersebut mungkin akan membuat
individu merasa tidak puas karena lemahnya kontrol terhadap nafsu mereka, yang
akan bebas berkeliaran dalam ras yang tidak pernah puas terhadap kesenangan.
Bunuh diri ini terjadi ketika menempatkan
orang dalam situasi norma lama tidak berlaku lagi sementara norma baru belum
dikembangkan (tidak ada pegangan hidup). Contoh: bunuh diri dalam situasi
depresi ekonomi seperti pabrik yang tutup sehingga para tenaga kerjanya
kehilangan pekerjangan, dan mereka lepas dari pengaruh regulatif yang selama
ini mereka rasakan.
Contoh lainnya seperti booming ekonomi
yaitu bahwa kesuksesan yang tiba-tiba individu menjauh dari struktur
tradisional tempat mereka sebelumnya melekatkan diri.
4)
Bunuh Diri Fatalistis
Bunuh diri ini terjadi ketika regulasi
meningkat. Durkheim menggambarkan seseorang yang mau melakukan bunuh diri ini
seperti seseorang yang masa depannya telah tertutup dan nafsu yang tertahan
oleh disiplin yang menindas. Contoh: perbudakan.
Hubungan
Empat Jenis Bunuh Diri menurut Durkheim
Integrasi
|
Rendah
|
Bunuh diri egoistis
|
Tinggi
|
Bunuh diri altruistis
|
|
Regulasi
|
Rendah
|
Bunuh diri anomic
|
Tinggi
|
Bunuh diri fatalistis
|
Johnson, Doyle
P.1988.Teori Sosiologi Klasik dan Modern.Jakarta:
Gramedia.
KJ. Veeger. 1986. Realita Sosial. Jakarta: Gramedia.
Ritzer,
George.2004.Teori Sosiologi.Bantul:
Kreasi Wacana.
super sekali.....bagus....bagus...
BalasHapussuper sekali ya teori nya.. bisa buat pegangan untuk menganalisis kasus bunuh diri.. :D
BalasHapus